Nama: Revan Wicaksono
NPM : 19414119
Kelas : 3IB02B
Frekuensi Transisi Gain
Unity
Frekuensi ini adalah dimana besarnya penguatan sama
dengan unity, atau sebesar 0dB.
Berikut persamaan besaran penguatannya
Frekuensi transisinya tidak bergantung kepadakarena nilainya akan berbanding
lurus. Maka relatif tetap bagi suatu tipe transistor yg diberikan pada
pengoprasian tertentu.
Tidak seperti frekuensi transisi, waktu transit ke
depan, relatif tidak tergantung pada kondisi pengoperasian. Untuk menentukan
waktu tsb dari persamaan frekuensi transisi, pertama-tama carilah kapasitansi
diffusinya dengan rumus
Amplifier Common-Emitter (CE)
Amplifier CE adalah kapasitor pemblokir dc dengan
reaktansi yang dapat diabaikan pada frekuensi tinggi. Input amplifier
common-emitter berasal dari basis-emitter sedangkan output melewati kolektor ke
emitter.
Dari gambar diatas,dapat dilihat Amplifier CE,
memiliki rangkaian output dan input yang tertala (a). Rangkaian ekivalen
Amplifier CE ditunjukkan pada gambar (b) menggunakan ekivalen hybrid-phi dimanatelah dianggap dapat diabaikan.
Resistansi output transistor dan resistansi bebannya berada dalam keadaan
parallel dengan rangkaian tertala output.
Dalam gambar (c) komponen pada sisi outputnya dapat dikelompokkan
dalam satu bentuk admittans sebagai
danyang parallel dengan rangkaian
tertala input, dan Y2 adalah admittans output
sebagaimana didefinisikan terdahulu, umpan balik admitans-nya adalahpersamaan arus untuk simpul
outputnya adalah
Dari ini gain voltagenya adalah
Efek redam resistans output dan resistans beban
transistor diperhitungkan dalam penghitungan resistans dinamis efektiffaktor Q efektif rangkaian output adalah
Jadi gain dapat ditulis sebagai
Patut diperhatikan bahwa penguat tegangan mengacu pada
terminal input, dan maka input admittans-nya tidak mempengaruhinya.
Sedangkan persamaan simpul inputnya adalah
Oleh karena itu,
Dari contoh diatas, dapat dilihat bahwa pengaruh
kapasitans 0,6pF itu berubah menjadi kapasitans input Miller 47pF, dan ini merupakan
tambahan bagi kapasitansyang sudah ada.
Dalam banyak situasi sumber sinyal input itu
direpresentasikan oleh generator tengangan ekivalen, dan penguatan tegangan
yang mengacu kepada sumber emf penting untuk diperhatikan, sehubungan dengan
sumber generator arus ekivalen, emf adalahatauoleh sebab itu, dari persamaan
simpul masukan,
Penguatan mengacu kepada sumber emf maka
Amplifier Common-base
Efek kapasitor umpan balikdapat di nul-kan sama sekali dengan
menghubungkan transistor dalam konfigurasi common-base. Rangkaian ekivalen
sinyal kecil ditunjukkan dalam gambar diatas.tampak parallel dengan kapasitans
outputdan Karena itu tidak menyumbang
kepada kapasitans input. kapasitansi inputnya adalahResistansi output CE dan dapat
ditunjukkan diberikan olehKarena nilainya yang sangat
tinggi, resistans output dapat diabaikan untuk mempermudah. Rangkaian ekivalen
yang disederhanakan ditunjukan pada gambar(b).
suatu rangkaian amplifier CB dapat ditunjukkan pada
gambar (a) dibawah ini
Akan terlihat bahwa pada resonansi tidak ada
penggeseran fase dengan amplifier CB, yang kontras dengan amplifier CE yang
menggeser fase 180o. besarnya gain itu adalah kurang lebih sama bagi
kedua konfigurasi.
Penguatan daya tahap CB yang tersedia lebih rendah
dari tahap untuk CE, membatasi kegunaannya sebagai amplifier ujung depan.
Penguatan daya yang tersedia
Penguatan daya tinggi yang tersedia, diperlukan untuk
mempertahankan faktor noise rendah dengan amplifier cascade. Perkiraan mengenai
penguatan daya amplifier CB dan CE tersedia dapat dibuat sbb.
Dibawah ini diperuntukan untuk rangkaian amplifier
dasar. Daya tersedia dari sumber adalah
Daya tersedia pada keluaran
Penguatan daya tersedia
Untuk penguatan daya tersedia, Amplifier CE lebih
besar dari pada amplifier CB. Maka dari itu amplifier CE lebih disukai untuk
tahap masukan pesawat penerima low-noise.sebab pokok dari penguatan pada
amplifier CB rendah adalah Karena rendahnya resistansi input.
Amplifier Cascode
Amplifier common-emitter dan common-base dapat
dikombinasikan untuk membentuk sebuah amplifier yang mempunyai penguatan daya
tinggi dan stabil. Kombinasi ini dikenal sebagai amplifier cascode
Gambar diatas merupakan sebuah amplifier dasar, dimana
komponen biasnya dibuang untuk penyederhanaan. Kedua transistor itu membawa
arus kolektor yang sama dan Karena itu akan mempunyai transkonduktansi yang
sama pula.
Secara keseluruhan amplifier code itu memiliki
ciri-ciri kinerja yang serupa dengan amplifier CE tetapi dengan kestabilan dan
penguatan tegangan tersedia yang tinggi.
Rangkaian Ekivalen Hybrida-π untuk FET
FET lebih sederhana dari BJT (bipolar junction
transistor) dalam banyak hal Karena sangat tingginya impedansi input yang
diberikan oleh gerbang control.
Gambar diatas adalah rangkaian ekivalen hybridnya.
Disini, eksternal terminal diberi label G untuk gerbang, S untuk sumber, dan D
untuk drain.
Gambar (a) menunjukkan amplifier CS sederhana,
rangkaian ekivalennya ditunjukkan dalam gambar (b) dimana akan terlihat bahwa
kapasitansi penala input adalah.kapasitansi outputnya adalahlalu rangkaiannya dapat lebih jauh dikurangi
lagi sampai seperti gambar (c)
Rangkaian Pencampur (Mixer)
Mixer digunakan untuk mengubah sinyal dari suatu
frekuensi ke frekuensi lain. Istilah mixer pada umumnya dicadangkan untuk
rangkaian yang mengubah sinyal frekuensi radio ke suatu nilai intermediate
frequency dan yang memerlukan masukan dari sebuah osilator local untuk
melakukannya.
Beberapa tipe mixer tersedia dalam bentuk unit paket,
dengan masukan ports yang berlabel RF, LO dan output port berlabel IF.dalam
aplikasi penerima tertentu rangkaian osilatornya merupakan bagian tak
terpisahkan dari rangkaian mixer, dan hanya masukan RF dan Output IF sajalah
yang siap untuk dikenali.
Sinyal osilatornya direpresentasikan oleh
Dan sinyal RF-nya oleh
\
Perkalian kedua sinyal itu memberikan
Suku yang mengandung frekuensiadalah yang biasa dipilih dengan penyaringan,
sebagai sinyal menengah/ intermediate frequency. Akan terlihat bahwa tidak
satupun dari kedua frekuensi masukan itu muncul dalam keluaran, yang ada hanya
frekuensi penjumlahan dan pengurangan saja.
Penguat Linier, Penguat Kelas C dan frekuensi
pengganda
Terdapat 2 tipe dasar penguat amplifier yang digunakan
pada transmitter,yaitu linier dan kelas C. penguat linier menghasilkan keluaran
sinyal yang identik dengan input tiruan yang sudah diperbesar. Output dari
linier dan kelas C akan langsung proporsional dengan inputnya. Maka dari itu,
penguat linier dan kelas C akan memproduksi kembali input tetapi dengan tingkat
kekuatan yang lebih tinggi. Semua penguat audio adalah linier. Penguat linier
RF biasa digunakan untuk meningkatkan tingkat kekuatan dari sinyal amplitudo RF
yang bervariasi seperti AM dengan tingkat rendah atau sinyal SSB.
Amplifier linier mengoperasikan kelas A,AB, atau B.
kelas-kelas amplifier ini menunjukkan bagaimana akan terbias. Amplifier kelas A
terbias secara terus menerus. Karena biasnya sudah ditentukan maka inputnya
akan lebih memvariasikan arus kolekturnya daripada daerah linear dari
karakteristik transistornya
Amplifier kelas B terbias pada daerah cutoff jadi
tidak akan ada input kosong pada arus kolektor yang mengalir. Transistornya hanya
bekerja pada satu setengah gelombang sinus input. Yang artinya hanya ada satu
setengah gelombang sinus input yang dikuatkan. Biasanya, 2 penguat kelas B
terhubung satu sama lain di pengaturan Push-pull agar input push-pullnya akan bergantian
nilai penguatannya secara positif dan negatif secara simultan
Amplifier kelas AB terbias disekitar daerah cutoff dengan
beberapa arus kolektor yang mengalir. Amplifier kelas AB sering dipakai pada
penguat push-pull dan memiliki tingkat linearitas yang lebih bagus daripada
kelas B tetapi kurang efisien.
Amplifier kelas A, Linier akan tetapi tidak terlalu
efisien. Maka dari itu, kelas A merupakan amplifier penguat yang rendah. Kelas A
kebanyakan digunakan untuk penguat dengan power yang rendah atau penguat
tegangan sinyal rendah.
Penguat Kelas B dan Kelas C lebih efisien karena arus
yang mengalir hanya sebagian dari sinyal inputnya. kelas C menjadi yang paling
efisien dari kelas-kelas lain.
Kebanyakan transistor penguat RF memiliki ratusan watt
di batas penguat atas. Untuk menghasilkan lebih penguat, 2 atau lebih perangkat
bisa dihubung paralel. Gambar dibawah menunjukkan bahwa penguat linear kelas B,
menggunakan push-pull.
Gambar diatas adalah sebuah sirkuit broadband yang
belum diatur. Sirkuit ini akan menguatkan sinyal lebih dari jangkauan
frekuensinya. Sinyal SSB atau AM berpenguatan rendah akan dihasilkan pada frekuensi
yang diinginkan, dan di aplikasikan ke amplifier penguat sebelum di kirim ke
antena. Dengan sirkuit push-pull, memungkinkan untuk menaikkan tingkat penguat
ke lebih dari ratusan watt.
Gambar diatas menunjukkan penguat RF push-pull lain. Menggunakan
MOSFET penguat dan dapat menghasilkan keluaran lebih dari 1 kilowatt dan
jangkauan lebih dari 10-90 MHz. penguat diatas memiliki 12dB gain power. Input penguat
berjalan RF harus memiliki 63W untuk menghasilkan output 1kW penuh. Transformer
toroidal digunakan pada input dan output untuk mencocokkan impedansi
Semua penguat kelas C memiliki beberapa bentuk sirkuit
yang sudah disesuaikan, untuk membentuk gelombang output ac sinus. Sirkuit paralel
yang sudah di sesuaikan akan berdering atau berosilasi di frekuensi resonannya
ketika mendapat sebuah pulsa dc. Kapasitor akan diisi oleh pulsa dan nanti akan
dikeluarkan di induktor. Medan magnet yang berada di inductor akan bertambah
dan akan jatuh menyebabkan tegangan yang akan diinduksikan. Tegangan yang
terinduksi lalu akan mengisi kembali kapasitor dengan arah yang berbeda. Pertukaran
energi antara induktor dan kapasitor ini disebut flywheel effect dan
menghasilkan gelombang sinus yang teredam di frekuensi resonan. Jika sirkuit
resonansi menerima arus pulsa setiap setengah siklus, tegangan disekitar
sirkuit akan menjadi gelombang amplitudo sinus yang konstan. Meski begitu, arus
mengalir ke transistor dalam pulsa-pulsa pendek, output amplifier kelas C akan
menjadi gelombang sinus yang berlanjut.
Tujuan dari sirkuit yang diatur adalah untuk menjadi
filter selektif yang akan menghilangkan tingginya pesanan harmonis. Jika Q dari
sirkuit telah cukup tinggi, harmonis tadi akan ditekan ke angka cukup. Q
sirkuit tuned di amplifier kelas C harus di gunakan supaya dapat mengatur
atenuasi yang cukup dari harmonis dan juga mencukupi bandwidth agar dapat
melewati pita samping (sideband) yang telah diproduksi di proses modulasi.jika
Q nya terlalu tinggi, maka bandwidthnya akan sangat sempit dan beberapa
sideband berfrekuensi tinggi akan tereliminasi. Ini akan mengakibatkan distorsi
frekuensi yang disebut sideband clipping.
Kelas C memiliki efisiensi yang tinggi adalah salah satu
alasan utama kenapa amplifier kelas C lebih diutamakan dibanding dengan kelas
lain untuk penguatan power RF. Karena arus mengalir di kurang dari 180o
siklus input ac,rataan arus di transistor cukup rendah yang berarti penguatan
disipasi pada perangkatnya rendah.
Pengganda frekuensi merupakan bentuk spesial dari penguat
kelas C. segala jenis penguat kelas C mampu untuk melakukan penggandaan
frekuensi jika sirkuit tertune di kolektor berresonansi di frekuensi input.
Jaringan penyesuaian Impedansi
Salah satu bagian yang terpenting dari transmiter
adalah jaringan penyesuaian yang terhubung dari satu tahap ke tahap lain. Biasanya
kerja transmitter, osilator menghasilkan dasar sinyal pembawa yang nanti akan
di kuatkan dalam beberapa tahapan sebelum mencapai antena. Apabila ide dari
awal untuk meningkatkan kekuatan sinyal, sirkuit kopling interstage harus
memastikan ke efisienan kekuatan transfer dari satu tahap ke tahap selanjutnya.
Sirkuit ini juga digunakan untuk menghubungkan satu
tahap ke tahap lain yang dikenal sebagai Impedance-Matching Networks.
Sirkuit Khas Receiver
bagian yang paling vital dari sebuah komunikasi
receiver ada pada diawal. Di awal biasanya terdiri dari RF amplifier, Mixer,
dan sirkuit tuned yang berkaitan. Ini merupakan bagian dari receiver yang
memproses sinyal input paling lemah. Pemakaian Komponen rendah noise merupakan
kewajiban yang dapat memastikan tercukupinya tingginya rasio S/N.
di banyak receiver komunikasi, sebuah RF Amplifier
tidak terpakai. ini sebagian benar diperuntukkan receiver yang didesain untuk
frekuensi lebih rendah dari 30MHz. penguatan ekstra tidak terlalu penting, dan
itu hanya menimbulkan lebih banyak noise. Maka dari itu, RF amplifier biasanya
dihilangkan dan antena terhubung langsung dengan input mixer ke satu atau lebih
sirkuit tuned.
Frekuensi yang terpakai di receiver diatas sekitar
100MHz, bagaimanapun biasanya digunakan RF amplifier pada receivernya. Dan RF
amplifier ditemukan di beberapa sistem komunikasi frekuensi rendah juga. Tujuan
utama dari amplifier ini adalah untuk meningkatkan amplitudo sinyal rendah guna
tahapan penggabungan.
Bagian penting lainnya dari superheterodyne receiver
ialah IF Amplifier. Disini dimana kebanyakan penguat dan selektifitas ditemukan.
Pemilihan dari IF sangat penting untuk mendesign sebuah receiver. Ini sebuah
kompromi antara bagusnya selektifitas dan stabilitas, yang mana dapat ditemukan
di frekuensi rendah, dan penolakan gambar baik, dimana dapat ditemukan di
frekuensi tinggi
Seperti RF amplifier, IF amplifier mengatur amplifier
kelas A demi tercapainya penguatan dari 10-30 dB jauhnya. Biasanya 2 atau lebih IF amplifier digunakan untuk
mengatur keseluruhan penguatan receiver yang memadai.
Trafo inti ferit dipakai untuk coupling antar tahap. Kebanyakan
IF amplifier memakai transistor bipolar,meskipun FET digunakan untuk beberapa
rancangan. Di kebanyakan rancangan baru, IC amplifier diferensiasi biasa digunakan
untuk pengimplementasian IF amplifier.
Jika bandwidth IF terlalu sempit, akan mengakibatkan
sideband cutting. Yang berarti semakin besarnya memodulasi frekuensi akan
sangat mengurangi amplitudo, dengan demikian itu akan menggangu sinyal yang
diterima.
Menaikkan jumlah coupling lebih jauh akan
mengakibatkan sebuah efek yang dikenal sebagai overcoupling. Overcoupling
menghasilkan output dua puncak response dengan bandwidth yang lebar. Dengan mengatur
jumlah coupling antara gulungan pada transformer coupling IF, jumlah bandwidth yang
diinginkan.
Pada receiver FM, satu atau lebih IF amplifier dipakai
sebagai limiter. Limiter yang akan menghapus segala variasi amplitudo pada
sinyal FM yang akan diaplikasikan ke demodulator.
Ketika sinyal negatif yang sangat besar berjalan dan
diaplikasikan ke basis, transistor bisa di dorong ke daerah cutoff. Arus collector
jatuh ke nol, dan tegangan yang terlihat di kolektor merupakan tegangan
penyuplai.dari gambar diatas ditunjukkan arus dan tegangan kolektor berada pada
titik ekstrim.
Penguatan dari amplifier transistor bipolar akan
proporsional dengan jumlah arus kolektor yang mengalir. Menaikkan arus kolektor
dari yang paling rendah akan mengakibatkan penguatan agar naik secara
proporsional.
Gambar dibawah ini penguat bisa disesuaikan dengan 2
langkah. Pertama, gain dapat di kurangi dengan cara mengurangi arus pada
kolektor. Sebuah sirkuit AGC yang dapat mengurangi arus mengalir dalam
amplifier dengan tujuan untuk mengurangi gain disebut dengan reverse AGC. Kedua,
gain dari IF amplifier dapat juga di kurangi dengan menaikkan arus kolektor. Sejalan
dengan sinyal yang semakin kuat, tegangan AGC bertambah,yang mana akan
menambahkan juga arus basisnya.
AGC lebih umum di dalam komunikasi receiver. Namun,
AGC forward lebih dipakai di TV dan membutuhkan transistor spesial guna operasi
yang optimum.
Automatic frequency control (AFC) merupakan sirkuit
feedback-control yang hampir sama dengan AGC namun AFC dipakai pada receiver
berfrekuensi tinggi. Tujuan dari AFC ialah untuk menjaga LO pada frekuensi. LO
didalam receiver superheterodyne harus dapat di atur agar setiap frekunsi
stasiun bisa dipilih.
Didalam AFC, beberapa sinyal dari keluaran demodulator
difilter menjadi sebuah tegangan dc dan terpakai untuk mengontrol sebuah
varaktor, dengan maksud untuk mengontrol frekuensi LO.
Kebanyakan radio FM dan TV terdapat AFC didalamnya. Kita
mungkin memperhatikan bahwa kebanyakan receiver FM biasanya menyediakan sebuah
switch yang dapat digunakan untuk meng on dan off kan AFC. Ini memungkinkan kita
untuk menyetel sinyal tepat pada frekuensinya.sirkuit AFC memperbaiki untuk
setiap penyetelan eror.
Gambar dibawah ini memperlihatkan konsep dasar dari
squelch. Kehadiran sinyal dari input terdeteksi dengan mengamati garis tegangan
AGC. Tegangan AGC di kuatkan oleh penguat dc dan diterapkan ke basis transistor
Q1. Sirkuit ini, pada gilirannya, mendorong switch output Q2. Switch terhubung
dengan kolektor dari satu tahap input amplifier audio.
Tanpa sinyal input, tegangan AGC akan berada pada
tingkat terendahnya hingga mendekati 0. Output amplifier dc juga akan rendah
dan Q1 Tidak akan mengalirkan. Sebagai hasilnya, Q2 menyala oleh arus basis
melewati R1.
Kebanyakan sirkuit squelch sudah termasuk tingkat
kontrol yang mengizinkan ambang sirkuit untuk disesuaikan kepada sinyal yang
cukup lemah dan melewati hanya sinyal kuat untuk mengaktifkan suara.
Selftest
Hal 107-108
12. Linear power amplifiers are used to raise the power level of Low Level AM and SSB Signals.Hal 107-108
13. A Mosfet power amplifier is used to increase the power level of an FM signal.
14. Linear power amplifier operate class A,B, and AB
15. A class A transistor power amplifier has an efficiency of 50 percent. The output power is 27W. The power dissipated in the transistor is 13.5 W
16. Class A amplifier conduct for 360 degrees of a sine wave input.
17. True or false. With no input, a class B amplifier does not conduct. FALSE
18. Class B RF power amplifiers normally used a(n) Broadband configuration.
19. A class C amplifier conducts for approximatly 90 degrees to 150 degrees of the input signal.
20. In a class C amplifier, collector current flows in the form of positive pulses.
21. In a class C amplifier, a complete sinusoidal output signal is produced by a(n) Timed Circuit.
22. The efficiency of a class C amplifier is in the range of 60 to 85 percent.
23. The tuned circuit in the collector of a class C amplifier acts as a filter to eliminate Induced Voltage.
24. A class C amplifier whose output tuned circuit resonates at some integer multiple of the input frequency is called a(n) Flywheel effect.
25. Frequency multipliers with factors of 2, 3, 4, and 5 are cascaded. The input is 1.5MHz. The output is 120 MHz.
26. A class C amplifier has DC supply voltage of 28 V and an average collector current of 1.8A. The power input is 50.4 W
Hal 150-151
53. RF amplifiers provide initial RF Amplifier and Mixer in a receiver but also add Related Tune Circuits
54. A low-noise transistor preferred at microwave frequencies is the FET made of Metal Semiconductor
55. Most of the gain and selectivity in a superhet is obtained in the IF Amplifier
56. The selectivity in an IF amplifier is usually produced by using tuned circuit between stages
57. The bandwidth of a double-tuned transformer depends upon the degree of Coupling between primary and secondary windings
58. In a double-tuned circuit, minimum bandwidth is obtained with under coupling, maximum bandwidth with critical coupling and peak output with over or optimum coupling
59. An IF amplifier that clips the positive and negative peaks of a signal is called a(n) limiter.
60. Clipping occurs in an amplifier because the transistor is driven by a high-level signal into Single transistor stage.
61. The gain of a bipolar class A amplifier can be varied by changing the positive peaks and negative peaks.
62. The overall RF-IF gain of a receiver is approximately 89 dB.
63. Using the amplitude of the incoming signal to control the gain of the receiver is known as AGC Voltage gen.
64. AGC circuits vary the gain of the IF amplifier.
65. The DC AGC Voltage is derived from a(n) AGC circuit connected to the demodulator or IF output.
66. Reverse AGC is where a signal amplitude increase causes a(n) AGC Voltage in the IF amplifier collector current.
67. Forward AGC uses a signal amplitude increase to positive voltage the collector current,which decreases the IF amplifier gain.
68. The AGC of a differential amplifier is produced by controlling the current produced by the Constant Current Source transistor.
69. In dual-gate MOSFET IF amplifier, the dc AGC Voltage is applied to the R1 to gate 2.
70. Another name for AGC in an AM receiver is Dual Gate MOSFET.
71. In an AM receiver, the AGC voltage is derived from the IF Signal.
72. Large input signals cause the gain of a receiver to be reduced by the AGC.
73. An AFC circuit corrects for frequency drift in the feedback control circuit.
74. The AFC DC control voltage is derived from the output of the demodulator circuit in a receiver.
75. A(n) Demodulator is used in an AFC circuit to vary the LO frequency.
76. A circuit that blocks the audio until a signal is received is called a(n) squelch circuit.
77. Two types of signals used to operate the squelch circuit are audiotone and audiosignal.
78. In a CTCS system, a low-frequency frequency tone is used to trigger the squelch circuit.
79. A BFO is required to receive CWCode and SSB Signals.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar